Oleh
Syaikh Muhammad bin Shâlih al Utsaimîn
Syaikh Muhammad bin Shâlih al Utsaimîn
Amma Ba’du, Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah Azza wa Jalla ! Hendaklah kita sadari bahwa Allah Azza wa Jalla
tidaklah menciptakan kita sia-sia, tidak akan membiarkan kita begitu
saja. Allah Azza wa Jalla telah memnciptakan kita untuk suatu hikmah
yang sangat tinggi dan telah memberikan syari’at yang sempurna untuk
menguji kita. Allah Azza wa Jalla telah menciptakan kita dan akan
mengembalikan lalu kita akan dihisab. Hendaklah kita mempersiapkan diri
untuk menyongsong hari perjumpaan dengan Allah Azza wa Jalla yang
menciptakan kita ! Hendaklah kita mempersiapkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada kita. Semoga Allah Azza
wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang yang menjumpai Allah Azza
wa Jalla dengan hati yang bersih dan menjawab pertanyaan.
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hak yang wajib kita tunaikan
kita, begitu jiwa, dia memiliki hak pada kita. Maka hendaklah kita
memberikan hak-hak tersebut kepada yang berhak menerimanya sehingga
ketika meninggal, kita meninggal dunia dalam keadaan beruntung.
Janganlah kita mengabaikan hak-hak ini !
Allah Azza wa Jalla menyebutkan hak-hak-Nya dan hak-hak para hamba-Nya
dalam banyak ayat al Qur’an. Diantara ayat itu yaitu firman Allah Azza
wa Jalla :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ
كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. [an Nisâ/4:36]
Dalam ayat diatas, Allah Azza wa Jalla menyebutkan beberapa hak yang
sangat perlu kita perhatikan. Hak terbesar dari hak-hak yang menjadi
kewajiban kita adalah hak Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan,
menyempurnakan kita serta memberikan rizki kepada kita. Allah Azza wa
Jalla tundukkah segala sesuatu demi kebaikan kita dan agar bisa kita
manfaatkan. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir. [al Jâtsiyah/45: 13]
Semua nikmat yang kita rasakan berasal dari Allah Azza wa Jalla . Karena
itu, hak Allah Azza wa Jalla merupakan hak terbesar dan paling utama.
Hak Allah Azza wa Jalla pada seorang hamba yaitu diibadahi artinya
seorang hamba berkewajiban beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun jua. Caranya, dengan
melaksanakan semua yang dicintai dan ridhai Allah dengan landasi cinta
kepada Allah, tekad untuk mengagungkan-Nya, mencari pahala dari-Nya dan
menghindari siksa-Nya. Janganlah kita lebih mementingkan diri kita,
anak, keluarga atau harta kita daripada beribadah kepada Allah Azza wa
Jalla , karena semua ini akan sirna sementara ibadah akan kekal. Allah
Azza wa Jalla berfirman :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ
الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi
Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [al Kahfi/18:46]
Inilah hak Allah Azza wa Jalla pada hamba-Nya. Namun sangat disayangkan
banyak orang yang mengabaikan hak ini. Banyak orang yang terlalu
mencintai dunia, sehingga membuatnya lalai dari berbuat taat kepada
Allah Azza wa Jalla . Seakan seluruh aktifitas keseharian mereka dalam
rangka menggapai dunia, tanpa peduli dengan peraturan syari’at Islam.
Kesibukan seperti ini pasti akan berpengaruh pada ketaatan seseorang
kepada Allah, akan mengalihkan kecendrungan hatinya, dari kecendrungan
ke akhirat berubah menjadi kendrungan kepada dunia.
Ikhwânî, hendaklah kita memperhatikan hak Allah Azza wa Jalla atas diri
kita, hak Dzat yang telah menciptakan kita dan memberikan nikmat yang
tak terhitung jumlah dan bilangannya. Hendaklah kita memprioritaskan hak
Allah Azza wa Jalla ini diatas segala-Nya. Termasuk hak Allah Azza wa
Jalla ini adalah hak para rasul yang diutus oleh Allah Azza wa Jalla .
Itulah hak pertama yang Allah Azza wa Jalla dalam ayat diatas. Kemudian
hak kedua yang Allah Azza wa Jalla sebutkan yaitu hak kedua orang tua.
Allah Azza wa Jalla menyebutkan hak ini setelah menyebutkan hak Allah
Azza wa Jalla karena hak orang tua merupakan hak kerabat yang paling
tinggi kedudukannya. Keduanya memiliki jasa yang tidak dimiliki oleh
yang lain. Mereka telah menanggung beban fisik, jiwa dan pikiran demi
kebaikan anak-anak mereka. Mereka rela begadang asalkan si anak bisa
tidur nyenyak; mereka mau bersusah payah agar si anak bisa istirahat dan
mereka pun terkadang rela menanggung rasa lapar asal si anak bisa
kenyang. Alangkah besar jasa orang tua kita kepada kita ! Begitu tinggi
kedudukan kedua orang tua dalam islam, sampai-sampai Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dimintai idzin oleh seorang pemuda
untuk ikut berperang dijalan Allah Azza wa Jalla , Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menanyakan tentang kedua orang tua pemuda tersebut :
أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Apakah kedua orang tuamu masih hidup ? Pemuda itu menjawab : Ya.” Rasululah bersabda : “Berjihadlah pada keduanya”
Hadits ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan berbakti kepada kedua
orang tua. Inilah juga yang mendasari perkataan para ulama yang
menyatakan “jihad harus seidzin kedua orang jika mereka muslim.”
Berbakti kepada orang tua, tidak hanya sebatas ketika keduanya masih
hidup di dunia , ketika masih bersama kita tapi juga bisa dilakukan
ketika kedua orang sudah meninggal dunia. Seorang lelaki bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا
بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا
وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا
وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ
صَدِيقِهِمَا
Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , adakah tersisa
perbuatan bakti kepada orang tua yang masih bisa saya lakukan
sepeninggal mereka ? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
Berdo’a untuk mereka, memohonkan ampunan, melaksanakan janji mereka,
menyambung tali silaturahim yang hanya terhubung melalui mereka serta
memuliakan teman-teman mereka.[1]
Hak ketiga yang disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya
pada ayat diawal khutbah ini yaitu hak kerabat dari pihak bapak maupun
dari pihak ibu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia menyambung silaturrahim. [HR Bukhâri]
Kemudian diantara hak-hak yang juga disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla
dalam ayat diatas yaitu hak-hak anak yatim. Seorang anak yang ayahnya
meninggal dunia sementara dia belum baligh. Seorang anak yang
mendapatkan musibah berat seperti ini tentu hatinya terluka dan jiwa
mengalami goncangan. Bagaimana tidak ?! dia kehilangan orang yang
senantiasa mengurusi segala kebutuhannya dan mengarahkan dia kepada
kebaikan dunia dan akhirat. Islam sebagai agama yang sesuai fithrah
tidak membiarkannya begitu saja. Islam memerintahkan kaum muslimin agar
berbuat baik kepada anak yatim, baik dengan perkataan ataupun dengan
perkataan. Sehingga diharapkan penderitaan akibat dari musibah ini
menjadi semakin berkurang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan agar kaum muslimin mencukupi kebutuhan anak yatim.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا
Saya dan pemelihara anak yatim di surga seperti ini (Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam merenggangkan
keduanya sedikit).[2]
Begitulah diantara perhatian Islam terhadap anak yatim
Hak-hak orang miskin, termasuk diantara hak-hak yang disebutkan dalam
firman Allah Azza wa Jalla diawal khutbah ini. Mereka yang berada
digaris kemiskinan ini berhak mendapatkan bantuan dan orang yang Allah
Azza wa Jalla anugerahi kekayaan berkewajiban membantu mereka. Yang
miskin dilarang untuk meminta-minta sementara si kaya dilarang
berprilaku bakhil.
Diantara hak-hak yang wajib kita jaga adalah hak tetangga. Jika orang
yang bertetangga dengan kita itu adalah kerabat kita, maka dia memiliki
dua hak yaitu hak sebagai kerabat dan hak dia sebagai tetangga. Jika
tetangga itu bukan keluarga dekat kita, maka dia hanya memiliki hak
tetangga. Allah berfirman :
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ
Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, [an Nisâ/4: 36]
Hak tetangga ini banyak disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tetangganya
Juga bersabda :
وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ
قَالُوا وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْجَارُ لَا يَأْمَنُ
جَارُهُ بَوَائِقَهُ
Demi Allah ! dia tidak beriman. Demi Allah ! dia tidak beriman. Demi
Allah ! dia tidak beriman.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang itu?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab : (yaitu) orang yang tetangganya merasa tidak
aman dari gangguannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
مَا زَالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Jibril senantiasa berwasiat kepadaku tentang tetangga sampai aku mengira dia akan memberikan warisan kepada tetangga [3]
Itulah beberapa hak-hak perlu kita perhatikan, hak Allah Azza wa Jalla dan hak para makhluk-Nya.
( Dinukil ad Dhiyâ’ul Lâmi’, karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al Utsaimîn, V/313-317)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
Footnote
[1]. Dikeluarkan Ahmad 3/279, Bukhâri dalam kitab “Adabul Mufrad”, Abu Daud no. 5142, Ibnu Mâjah, no. 3664 dari hadits Usaid as Sâ’idiy Radhiyallahu anhu
[2]. HR Bukhâri
[3]. HR Bukhari dan Muslim
[1]. Dikeluarkan Ahmad 3/279, Bukhâri dalam kitab “Adabul Mufrad”, Abu Daud no. 5142, Ibnu Mâjah, no. 3664 dari hadits Usaid as Sâ’idiy Radhiyallahu anhu
[2]. HR Bukhâri
[3]. HR Bukhari dan Muslim
0 Komentar untuk "URAIAN SINGKAT TENTANG HAK ALLAH AZZA WA JALLA DAN MAHLUKNYA "
Silahkan berkomentar dengan sopan dan bijak sesuai dengan tema artikel dan pastinya
NO SPAM NO SARA AND NO LIVE LINK ALLOWED... okk ;-)