1. Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat
Pada suatu hari, di
tahun 537 Hijrah, seorang lelaki dari kota Baghdad (dikatakan oleh
sesetengah perawi bahawa lelaki itu bernama Abu Sa‘id ‘Abdullah ibn
Ahmad ibn ‘Ali ibn Muhammad al-Baghdadi) datang bertemu asy-Syaikh
Jilani, dan berkata, bahwa dia mempunyai seorang anak dara cantik
berumur enam belas tahun bernama Fatimah. Anak daranya itu telah diculik
(diterbangkan) dari atas anjung rumahnya oleh seorang jin.
Maka
asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun menyuruh lelaki itu pergi pada
malam hari itu, ke suatu tempat bekas rumah roboh, di satu kawasan lama
di kota Baghdad bernama al-Karkh.
“Carilah bonggol yang kelima,
dan duduklah di situ. Kemudian, gariskan satu bulatan sekelilingmu di
atas tanah. Kala engkau membuat garisan, ucapkanlah “Bismillah, dan di
atas niat asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani ” Apabila malam telah gelap,
engkau akan didatangi oleh beberapa kumpulan jin, dengan berbagai-bagai
rupa dan bentuk. Janganlah engkau takut. Apabila waktu hampir terbit
fajar, akan datang pula raja jin dengan segala angkatannya yang besar.
Dia akan bertanya hajatmu. Katakan kepadanya yang aku telah menyuruh
engkau datang bertemu dengannya. Kemudian ceritakanlah kepadanya tentang
kejadian yang telah menimpa anak perempuanmu itu.”
Lelaki itu
pun pergi ke tempat tersebut dan melaksanakan arahan asy-Syaikh Abdul
Qodir Al-Jilani itu. Beberapa saat kemudian datanglah jin-jin yang
mencoba menakut-nakuti, tetapi jin-jin itu tidak kuasa melintasi garis
bulatan itu. Jin-jin itu datang bergantian, kelompok demi kelompok. Dan
akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda beserta
satu angkatan yang besar dan hebat.
Raja jin itu memberhentikan
kudanya di luar garis bulatan itu dan bertanya: “Wahai manusia, apakah
hajatmu?” Lelaki itu menjawab, “Aku telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul
Qodir Al-Jilani untuk bertemu denganmu.”
Begitu mendengar nama
asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani diucapkan, serta merta raja jin itu
turun dari kudanya dan terus mencium bumi. Raja jin itu kemudian duduk
di atas bumi, disertai dengan seluruh anggota rombongannya. Sesudah itu,
raja jin itu telah bertanyakan masalah lelaki itu. Lelaki itu pun
menceritakan kisah anak daranya yang diculik oleh seorang jin. Setelah
mendengar cerita lelaki itu, raja jin itu pun memerintahkan agar dicari
si jin yang bersalah itu. Beberapa waktu kemudian, dibawa ke hadapan
raja jin itu, seorang jin lelaki dari negara Cina bersama-sama dengan
anak dara manusia yang telah diculiknya.
Raja jin itu telah
bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak dara manusia ini? Tidakkah
engkau tahu, dia ini berada di bawah naungan al-Quthb ?”
Jin lelaki
dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh berahi dengan
anak dara manusia itu. Raja jin itu memerintahkan agar dipulangkan
perawan itu kepada bapanya, dan jin dari negara Cina itu dikenakan
hukuman pancung kepala.
Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya
dengan segala perbuatan raja jin itu, yang sangat patuh kepada
asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.
Raja jin itu berkata pula,
“Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bisa melihat dari
rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat. Dan mereka semua sedang
berada di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena telah lari dari sebab
kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-Syaikh Abdul Qodir
Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia, bahkan juga ke atas
seluruh bangsa jin.”
2. Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:
Pada
suatu hari, istri-istri asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bertemu
dengannya dan berkata, “Wahai suami kami yang terhormat, anak lelaki
kecil kita telah meninggal dunia. Namun kami tidak melihat setitik air
mata pun yang mengalir dari mata kekanda dan tidak pula kekanda
menunjukkan tanda kesedihan. Tidakkah kekanda menyimpan rasa belas
kasihan terhadap anak lelaki kita, yang merupakan sebagian darah daging
kekanda sendiri? Kami semua sedang dirundung kesedihan, namun kekanda
masih juga meneruskan pekerjaan biasa kekanda, seolah-olah tiada sesuatu
pun yang telah berlaku. Kekanda adalah pemimpin dan pelindung kami di
dunia dan di akhirat. Tetapi jika hati kekanda telah menjadi keras
sehingga tiada lagi menyimpan rasa belas kasihan, bagaimana kami dapat
bergantung kepada kekanda di Hari Pembalasan kelak?”
Maka
berkatalah asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani “Wahai isteri-isteriku yang
tercinta! Janganlah kamu semua menyangka hatiku ini keras. Aku menyimpan
rasa belas kasihan di hatiku terhadap seluruh makhluk, sampai terhadap
orang-orang kafir dan juga terhadap anjing-anjing yang menggigitku. Aku
berdoa kepada Allah agar anjing-anjing itu berhenti menggigit, bukan
karena aku takut digigit, tetapi aku takut nanti manusia lain akan
melontar anjing-anjing itu dengan batu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa
aku mewarisi sifat belas kasihan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, yang telah diutus Allah sebagai rahmat untuk sekelian alam?”
Maka
wanita-wanita itu telah berkata pula, “Kalau benar kekanda mempunyai
rasa belas kasihan terhadap seluruh makhluk Allah, sampai kepada
anjing-anjing yang menggigit kekanda, kenapa kekanda tidak menunjukkan
rasa sedih atas kehilangan anak lelaki kita yang telah meninggal ini?”
Asy-Syaikh
Abdul Qodir Al-Jilani pun menjawab, “Wahai isteri-isteriku yang sedang
berdukacita, kamu semua menangis karena kamu semua merasa telah berpisah
daripada anak lelaki kita yang kamu semua sayangi. Tetapi aku sentiasa
bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Kamu semua telah melihat
anak lelaki kita di dalam satu ilusi yang disebut dunia. Kini, dia telah
meninggalkannya lalu berpindah ke satu tempat yang lain. Allah telah
berfirman (Surat al-adid, ayat 20) “dan tiadaklah kehidupan dunia ini
melainkan hanyalah satu ilusi saja.” Memang dunia ini adalah satu ilusi,
untuk mereka yang sedang terlena. Tetapi aku tidak terlena – aku
melihat dan waspada. Aku telah melihat anak lelaki kita sedang berada di
dalam bulatan masa, dan kini dia telah keluar darinya. Namun aku masih
dapat melihatnya. Dia kini berada di sisiku. Dia sedang bermain-main di
sekelilingku, sebagaimana yang pernah dia lakukan pada masa dahulu.
Sesungguhnya, jika seseorang itu dapat melihat Kebenaran melalui mata
hatinya, sama dengan yang dilihatnya masih hidup ataupun sudah mati,
maka Kebenaran itu tetap tidak akan hilang.”
3. Telah bercerita asy-Syaikh Abduh Hamad ibn Hammam:
Pada
mulanya aku memang tidak suka kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.
Walaupun aku merupakan seorang saudagar yang paling kaya di kota Baghdad
waktu itu, aku tidak pernah merasa tenteram ataupun berpuas hati.
Pada
suatu hari, aku telah pergi menunaikan solat Jum’at. Ketika itu, aku
tidak mempercayai tentang cerita-cerita karomah yang dikaitkan pada
asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani. Sesampainya aku di masjid itu, aku
dapati beliau telah ramai dengan jamaah. Aku mencari tempat yang tidak
terlalu ramai, dan kudapati betul-betul di hadapan mimbar.
Di
kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja mulai untuk khutbah
Jumaat. Ada beberapa perkara yang disentuh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir
Al-Jilani yang telah menyinggung perasaanku. Tiba-tiba, aku terasa
hendak buang air besar. Untuk keluar dari masjid itu memang sukar dan
agak mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan malu, takut-takut
aku buang air besar di sana di depan orang banyak. Dan kemarahanku
terhadap asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun bertambah dan memuncak.
Pada
saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah turun dari atas mimbar
itu dan telah berdiri di hadapanku. Sambil beliau terus memberikan
khutbah, beliau telah menutup tubuhku dengan jubahnya. Tiba-tiba aku
sedang berada di satu tempat yang lain, yakni di satu lembah hijau yang
sangat indah. Aku lihat sebuah anak sungai sedang mengalir perlahan di
situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, tanpa kehadiran seorang
manusia.
Aku pergi membuang air besar. Setelah selesai, aku mengambil
wudlu. Apabila aku sedang berniat untuk pergi bersolat, dan tiba-tiba
diriku telah berada ditempat semula di bawah jubah asy-Syaikh Abdul
Qodir Al-Jilani. Dia telah mengangkat jubahnya dan menaiki kembali
tangga mimbar itu.
Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena
perutku sudah merasa lega, tetapi juga keadaan hatiku. Segala perasaan
marah, ketidakpuasan hati, dan perasaan-perasaan jahat yang lain,
semuanya telah hilang.
Selepas sembahyang Jum’at berakhir, aku
pun pulang ke rumah. Di dalam perjalanan, aku menyadari bahwa kunci
rumahku telah hilang. Dan aku kembali ke masjid untuk mencarinya. Begitu
lama aku mencari, tetapi tidak aku temukan, terpaksa aku menyuruh
tukang kunci untuk membuat kunci yang baru.
Pada keesokan
harinya, aku telah meninggalkan Baghdad dengan rombonganku karena urusan
perniagaan. Tiga hari kemudian, kami telah melewati satu lembah yang
sangat indah. Seolah-olah ada satu kuasa ajaib yang telah menarikku
untuk pergi ke sebuah anak sungai. Barulah aku teringat bahwa aku pernah
pergi ke sana untuk buang air besar, beberapa hari sebelum itu. Aku
mandi di anak sungai itu. Ketika aku sedang mengambil jubahku, aku telah
temukan kembali kunciku, yang rupa-rupanya telah tertinggal dan telah
tersangkut pada sebatang dahan di situ.
Setelah aku sampai di Baghdad, aku menemui asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani dan menjadi anak muridnya.
4. Telah diceritakan di dalam sebuah riwayat:
Pada
suatu hari, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani berjalan-jalan dengan
beberapa muridnya di padang pasir. Waktu itu hari sangat panas, dan
mereka sedang berpuasa. Oleh itu mereka merasa letih dan dahaga.
Tiba-tiba,
sekumpulan awan muncul, yang melindungi mereka dari panas terik
matahari. Setelah itu, sebatang pohon kurma dan sebuah kolam air muncul
di hadapan mereka. Mereka telah terpesona. Kemudian satu cahaya besar
yang berkilauan, telah muncul dari celah awan di hadapan mereka dan
kedengaranlah satu suara dari dalamnya yang telah berkata, “Wahai ‘Abdul
Qadir, akulah Tuhanmu. Makan dan minumlah, karena pada hari ini, telah
aku halalkan untuk engkau apa yang telah aku haramkan untuk orang-orang
lain.”
Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun melihat ke arah
cahaya itu dan berkata, “Aku berlindung dengan Allah dari godaan syaitan
yang terkutuk.”
Tiba-tiba, cahaya, pohon kurma dan kolam itu
semuanya hilang dari pandangan mata. Maka kelihatanlah Iblis di hadapan
mereka dengan bentuk rupanya yang asli.
Iblis bertanya, “Bagaimanakah engkau dapat mengetahui itu sebenarnya adalah aku?”
Asy-Syaikh
Abdul Qodir Al-Jilani telah menjawab, “Syariat itu sudah sempurna, dan
tidak akan berubah sampai Hari Kiamat. Allah tidak akan mengubah yang
haram kepada yang halal, walaupun untuk orang-orang yang menjadi
pilihanNya (waliNya).”
Maka Iblis pun berkata lagi untuk menguji
asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani “Aku telah mampu menipu 70 kaum
daripada golongan as-salikin (yakni orang-orang yang menempuh jalan
kerohanian) dengan cara ini. Ilmu yang engkau miliki lebih luas daripada
ilmu mereka. Apakah hanya ini jumlah pengikutmu? Sudah sepatutnya semua
penduduk bumi ini menjadi pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para
nabi.”
Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani menjawab, “Aku berlindung
dengan Allah Yang Maha Mendengar, Yang Maha Mengetahui, daripada
engkau. Bukanlah karena ilmuku aku terselamat, tetapi karena rahmat
daripada Allah, Pengatur sekelian alam.” (Malfiali, Maret 2009.
Sumber : http://alkhidmahsda.blogspot.com/2009/06/kisah-waliyuallah-as-syaikh-abd-qodir.html
Blog Tempatnya Ilmu dan Pengetahuan
Popular Posts
-
KHOIROL BARIYYAH خَيْرَ البَرِيَّةْ نَظْرَةْ اِلَي * مَا أنْتَ إلا كَنْزُ العَطِيَّةْ Khoirul bariyah nama Nabimu Nabi penolo...
-
Punya laptop merk Toshiba, Acer, HP, Dell, Lenovo yang original?? Lalu kamu pengen install ulang windowsnya, mungkin karena virus, atau...
-
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818, dia adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Pr...
-
Fitur automatic update berfungsi untuk memperbaiki seluruh sistem secara berkala yang telah terinstal di komputer user (pengguna). Namun keb...
-
Linksys Access Point WRT54G adalah merupakan Broadband Router yang dilengkapi dengan wirreless b/g. Access point ini juga dapat ...
-
Salah satu kerusakan komputer yang sering saya temukan adalah permasalahan komputer yang tidak bisa booting. Disini ada beberapa kasu...
-
Selamat datang para agan-agan semua, kali ini saya akan membagikan artikel tentang setting footer blog. Berbicara mengenai footer blog, d...
-
Ada sangat banyak sekali cara untuk mengembalikan file yang hilang, baik dikarenakan terhapus (meskipun sud...
-
KH. Muhammmad Shonhaji Nawal Karim Zubaidi atau dipanggil dengan Gus Son, beliau adalah pengasuh jamaiyyah sholawat nariyah...
-
Cintaku seperti cintamu padaku Bagaimanapun keadaanmu Ku tak peduli apapun yang terjadi Dirimu selalu ku cintai Zaujati dirimu sela...
About
Followers
Copyright © 2014 The-paculz - All Rights Reserved
Template By. Catatan Info
0 Komentar untuk "Kisah waliyuallah As Syaikh Abdul Qodir Al Jailani R.A"
Silahkan berkomentar dengan sopan dan bijak sesuai dengan tema artikel dan pastinya
NO SPAM NO SARA AND NO LIVE LINK ALLOWED... okk ;-)